Cara Mengukur Luas Daun
Galuh Dyah Pitaloka Hayyu/VIIG
Metode Pengukuran Luas Daun
Faktor
yang penting untuk diperhatikan dalam mengukur luas daun adalah ketepatan hasil
pengukuran dan kecepatan pengukuran. Masing-masing faktor tersebut memiliki
kepentingan sendiri dalam penggunaannya, seperti pada pengukuran laju
fotosintesis dan proses metabolisme lain tentunya ketepatan pengukuran
yang diperlukan. Untuk pengukuran indek luas daun tentunya kecepatan pengukuran
yang diperlukan. Namun demikian ketepatan dan kecepatan pengukuran sangat
tergantung pada alat dan cara atau teknik pengukuran (Bambang dan Haryadi
2008). Terdapat beberapa cara untuk menentukan luas daun (Guswanto 2009), yaitu
:
a. Metode Kertas Milimeter
Metode
ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas
daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun
relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas
milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas
kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah
kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana,
waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga
ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
b. Gravimetri
Metode
ini menggunakan timbangan dan alat pengering daun (oven). Pada
prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri).
Ini dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya
pada sehelai kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun
kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas
daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat
total kertas.
c. Planimeter
Planimeter
merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk mengukur suatu luasan dengan
bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta. Alat ini dapat
digunakan untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak terlalu rumit.
Jika daun banyak dan berukuran kecil, metode ini kurang praktis karena
membutuhkan banyak waktu. Suatu hal yang perlu diingat dalam penggunaan
planimeter adalah bahwa pergeseran alat yang searah dengan jarum jam merupakan
faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengukuran. Ini sering menjadi
masalah pada pengukuran daun secara langsung karena pinggiran daun yang tidak
dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran sekalipun permukaan tempat
pengukuran telah dibuat rata dan halus.
d. Metode Panjang Kali Lebar
Metode
yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat ditaksir dengan
mengukur panjang dan lebar daun.
e. Metode Fotografi
Metode
ini sangat jarang digunakan. Dengan metode ini, daun-daun tanaman ditempatkan
pada suatu bidang datar yang berwarna terang (putih) dipotret bersama-sama
dengan suatu penampang atau lempengan (segi empat) yang telah diketahui
luasnya. Luas hasil foto daun dan lempengan acuan dapat kemudian diukur dengan
salah satu metode yang sesuai sebagaimana diuraikan diatas seperti planimeter.
Luas daun kemudian dapat ditaksir kemudian berdasarkan perbandingan luas hasil
foto seluruh daun dengan luas lempengan acuan tersebut.
Pengukuran
luas daun dapat dilakukan dengan memetik daun maupun tanpa memetik daun.
Bilamana pengukuran harus dilakukan dengan cara memetik daun bersangkutan, maka
tanaman mengalami kerusakan daun. Daun-daun tersebut kemudian
diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter (LAM)
ataupun Metode Timbang. Sebaliknya pengukuran dengan tanpa memetik daun, maka
tanaman akan tetap tumbuh baik karena daun-daun tidak berkurang atau bahkan
habis terpetik. Pengukuran daun dengan tidak memetik daun dapat dilakukan
dengan menggunakan persamaan atau rumus.
Pengukuran
luas daun dengan tidak harus memetik daun merupakan teknik
pengukuran yang lebih baik karena tanaman tidak rusak dan pengukuran
cepat serta tidak mensyaratkan peralatan yang mungkin sulit
tersedianya. Pada karet digunakan persamaan regresi terhadap ukuran
panjang dan lebar daun (Suhendry dan Alwi 1987). Pada beberapa tanaman pangan seperti
jagung dan kedelai digunakan faktor koreksi terhadap luas daun yang diperoleh
dari pengukuran panjang dan lebar daun (Pearce et al. 1988)
demikian pula pada daun nangka (Goonasekera 1978).
Pengukuran
luas daun dengan menggunakan pendekatan faktor koreksi maupun dengan alat LAM,
menunjukkan tingkat kosistensi yang berbeda. Pengukuran yang cepat dan mudah
tentunya akan diperoleh dengan menggunakan LAM. Akan tetapi untuk ukuran daun
yang besar diperlukan ketelitian ekstra, karena daun-daun berukuran besar perlu
dipotong dan kemudian ditata secara hati-hati pada permukaan alat dan saat
menutup daun-daun tidak terlipat. Kondisi tenaga batere perlu diperhatikan
pula, dengan tingkat kekuatan batere yang mulai melemah akan menghasilkan
kesalahan pengukuran. Gejala yang nampak pada saat batere melemah adalah
pengulangan pengukuran satu sampel daun yang sama akan memberikan hasil yang
berbeda jauh.
Penggunaan
LAM sangat baik digunakan untuk mengukur luas daun dari suatu tanaman yang
memang dalam percobaan akan dirusak (destruktif). Namun bagi tanaman yang
diperlukan untuk pengukuran berulang dan menghindari pengrusakan daun,
maka penggunaan teknik pengukuran lainnya diperlukan. Penggunakan teknik
pengukuran lainnya akan sangat diperlukan bilamana alat LAM tidak dimiliki atau
tidak tersedia. Tanpa merusak daun atau memetik daun dari tanaman, luas daun
masih dapat dihitung, yaitu dengan menggunakan faktor koreksi luas daun.
SUMBER:
http://staff.unila.ac.id/janter/2012/09/07/metode-pengukuran-luas-daun/
0 Response to "Cara Mengukur Luas Daun"
Post a Comment